![]() |
Sumber: Blood Abscission via Debermur Morti Production |
Bro, lo pasti udah pernah denger tentang band mysterious yang satu ini, Blood Abscission. Band ini emang bikin heboh dunia underground dengan cara yang anti-mainstream. Mereka nggak ngasih tau siapa aja anggota band-nya, asal bilang "kita ini kolektif tanpa identitas, kita cuma bawa seni" gitu. Makanya, setiap karya mereka—terutama album kedua yang mereka beri judul simpel “I I”—ngebawa aura misterius dan raw energy yang bikin pendengarnya larut dalam dunia gelap black metal. Yuk, gua jelasin kenapa album “I I” ini wajib banget lo simak. Let's go!
1. Identitas dan Konsep yang Mengusung Misteri
Lo pasti mikir, “Siapa aja sih yang ada di Blood Abscission?” Nah, jawabannya, bro: itu rahasia abadi! Nggak ada bio, nggak ada wawancara, bahkan nggak ada foto bareng. Yang ada hanyalah karya musik mereka yang murni, tanpa embel-embel personalisasi yang biasanya bikin kita makin deket sama artis. Menurut mantra mereka sendiri:
“United in pain, we step into the abyss – not as mere individuals, but as a collective force seeking meaning within the chaos, finding a voice in the silence between the stars.”
Pesan ini udah ngegambarin banget filosofi mereka: lo harus nikmatin musiknya tanpa mikirin siapa di baliknya. Yang penting, kita disuguhin dengan energi, emosi, dan aura gelap yang tak terdefinisi. Dengan cara itu, karya mereka jadi lebih universal dan nggak terikat sama identitas individu, menjadikannya cermin dari kegelapan dan keindahan dalam kekacauan.
2. Perpaduan Agresi dan Atmosfer yang Menyihir
Album “I I” ini, meskipun durasinya sekitar 41 menit, adalah perjalanan emosional yang intens dan penuh warna. Bayangin lo lagi terbawa dalam pusaran raw, agresif, dan atmosferik—suatu pengalaman yang cuma bisa dihadirkan oleh musik black metal murni. Nah, Blood Abscission paham banget cara memadukan elemen-elemen ini.
Luapan Emosi dalam Setiap Track
Dalam album ini, tiap bagian diberi nomor, mulai dari “I” sampe “V”, tanpa ada judul lagu yang klise. Ini sengaja dilakukan supaya pendengar nggak terdistraksi oleh label yang biasa, melainkan menikmati keseluruhan aliran emosional yang disajikan. Misalnya, bagian “I” dimulai dengan ledakan raw fury yang disertai blast beats dan tremolo guitar yang melesat kencang—bener-bener bikin lo langsung merasakan teror sekaligus keindahan gelap. Ucapan vokalis yang terdengar seperti jeritan penuh penderitaan dan ketegangan ngajak lo untuk ikut tenggelam dalam kekacauan sonik.
Transisi Mulus dari Brutal ke Kesunyian Mencekam
Salah satu hal yang bikin “I I” semakin spesial adalah cara mereka memainkan dinamika. Ada momen-momen dimana suasana berubah drastis, dari agresi penuh kemarahan ke detik-detik hening yang bikin lo bener-bener merenung. Pada segmen “IV”, misalnya, lo bisa denger melodi sintetis yang halus, hampir kayak suara angin dingin yang menyusup melalui celah-celah kehancuran. Transisi ini nggak terasa tiba-tiba, malah jadi jembatan emosional yang menghubungkan tiap bagian lagu secara natural. Jadi, meski lo mungkin lagi menikmati puncak kekerasan dari bagian “I” atau “V”, ada titik-titik di mana ketenangan mendadak menyergap lo—memberi ruang buat refleksi, bro.
Atmosfer yang Menghantui dan Menghipnotis
Lo pasti udah pernah denger suara synth dan keyboard yang nyelip di antara gigitan gitar yang brutal. Di album ini, elemen tersebut hadir secara konsisten, menambah dimensi ekstra ke musiknya. Gimana nggak, suara synth yang berbaur dengan blast beats dan vokal yang nyaris tidak bisa dipahami, menciptakan atmosfer seolah-olah lo lagi tersesat di ruang angkasa yang penuh ketidakpastian. Keseluruhan vibe-nya tuh bener-bener kayak black hole musik—lo bisa merasa tersedot dan terpesona, tapi dengan kekuatan yang bisa bikin lo bangun lagi setelahnya, membawa pulang pengalaman yang nggak terlupakan.
3. Teknik Bermusik Eksperimental
Blood Abscission nggak main-main soal teknik. Mereka tahu persis gimana cara bikin musik yang bukan hanya soal kekerasan, tapi juga tentang kedalaman emosi dan eksperimen komposisi yang keren abis. Beberapa hal yang bisa lo catat tentang teknik mereka:
Penggunaan Blast Beats dan Tremolo yang Ekstrem
Di album “I I”, lo bakal nemuin blast beats yang ngebakar seluruh pendengaran lo dalam waktu singkat. Teknik drum yang kenceng dan terus menerus ini diimbangi oleh tremolo guitar yang menyayat, menambah efek hipnotis sekaligus mengirimkan gelombang agresi yang nggak bisa dihindari. Ini bukan sekadar soal volume, tapi soal presisi dalam menyampaikan pesan: kekacauan, penderitaan, dan keindahan gelap bersatu jadi satu kesatuan yang luar biasa.
Vokal yang Mengguncang Jiwa
Vokal di album ini emang nggak dibuat untuk dikenali kata-katanya. Mereka sengaja dibuat raw dan hampir tak terartikulasi dengan jelas, supaya pendengar fokus ke perasaan yang dihadirkan. Jeritan-jeritan yang teredam dan terdistorsi itu bukan cuma sembarang teriakan, tapi ungkapan emosi yang mendalam—seperti jeritan jiwa yang tengah berteriak dalam kesunyian bintang-bintang. Walaupun beberapa kritikus menyebutnya “tidak enak didengar” atau “terlalu abstrak”, banyak juga yang anggap itu sebagai kekuatan tersendiri yang membedakan karya mereka dari band lain.
Struktur Lagu yang Unik dan Non-Tradisional
Gaya komposisi mereka yang bebas membuat album “I I” terasa seperti sebuah perjalanan abstrak yang nggak terduga. Lo nggak akan nemuin format standar seperti bait, refrein, dan bridge di sini. Semua disusun seolah-olah tiap bagian itu adalah fase alami dari proses emosi yang terus berkembang. Ada bagian yang hancur dalam intensitas, lalu tiba-tiba berubah jadi momen reflektif yang bikin lo mikir lagi tentang arti penderitaan dan keindahan itu sendiri. Inilah yang bikin album ini nggak bisa dianggap klise atau mudah ditebak.
4. Pesan Filosofis di Balik Musik
Di balik semua ledakan dan keheningan dalam musik Blood Abscission, tersimpan pesan filosofi yang dalam. Gua rasa mereka pengen ngingetin kita bahwa dalam kegelapan dan kekacauan, masih ada secercah keindahan dan makna. Pesan mereka yang terkenal, “United in pain, we step into the abyss,” udah jadi semacam manifesto buat band ini. Mereka ngajakin pendengar buat bersatu dalam penderitaan, buat mencari makna di tengah kehancuran, dan untuk menemukan suara sendiri di antara kebisuan kosmis.
Kritik Sosial yang Halus tapi Mengerikan
Walaupun teks liriknya sering kali terdengar abstrak dan sulit dipahami, ada lapisan kritikan sosial yang jelas. Mereka mengungkapkan kecaman terhadap sistem yang menindas, kekuasaan yang korup, dan perjuangan untuk eksistensi individu di tengah massa yang tak berjiwa. Ini bikin album “I I” nggak hanya jadi karya musik yang keren, tapi juga sebagai medium untuk menyampaikan pesan tentang realitas sosial dan eksistensial yang kadang bikin kita harus mikir dua kali tentang dunia di sekitar kita.
Refleksi Personal dan Kolektif
Lo juga bisa ngerasa bahwa, walau identitas bandnya tersembunyi, pesan yang mereka bawa itu sangat personal dan universal sekaligus. Musik mereka mengajak kita untuk merenung, untuk melihat bahwa tiap jeritan, tiap getaran, bahkan tiap detak drum itu adalah ungkapan dari penderitaan kolektif manusia. Jadi, meski lo mungkin awalnya mikir “ini cuma musik keras aja,” sabar deh, karena setelah lo menyelami tiap lapisan emosinya, lo bakal ngerasa ada hubungan batin yang kuat antara musik itu dan pengalaman hidup lo sendiri.
5. Perbandingan dengan Genre dan Band Lain
Bro, di dunia black metal banyak yang coba-coba buat bikin musik sejenis ini. Tapi Blood Abscission punya keunikan yang bikin mereka stand out. Gaya mereka ngegabungin elemen tradisional black metal dengan eksperimen sonik modern, mirip-mirip dengan band-band seperti Alcest yang juga suka mainin atmosfer dreamy di tengah kekerasan musik. Tapi bedanya, Blood Abscission lebih nendang soal intensitas dan raw emotion. Ada kesan post-black dan cosmic yang nggak cuma bikin lo headbang, tapi juga bikin lo ngerasa ada yang menyentuh jiwa.
Band-band seperti Aara atau Wolves in the Throne Room pernah juga ngejelajahin wilayah gelap musik dengan cara mereka sendiri, tapi Blood Abscission justru menyuguhkan sebuah karya yang lebih tentang pengalaman mendalam yang harus lo rasain sendiri. Produksi musik mereka, yang walaupun terdengar kasar dan unapologetic, berhasil menyampaikan nuansa emosi yang jauh lebih kompleks, dari amarah yang meledak-ledak sampai keheningan yang nyaris sakral.
6. Kritik dan Apresiasi:
Tak ada karya yang sempurna, bro. Meski album “I I” emang berhasil menciptakan pengalaman yang intens, ada juga beberapa hal yang bisa jadi bahan evaluasi. Beberapa pendengar mungkin merasa bahwa durasi album yang agak panjang justru bikin momen tertentu terasa berulang, dan di beberapa transisi, energi yang disuguhkan terasa kurang menajamkan dampaknya. Mungkin, menurut beberapa kritikus, kalau album ini dipotong dikit atau disusun ulang transisinya, tiap momen bisa jadi lebih berdampak.
Namun, hal itu juga justru jadi bagian dari pesonanya. Konsistensi dalam menjalankan tema dan atmosfir yang intens memberi pengalaman yang utuh, walaupun kadang bikin pendengar harus ekstra fokus buat benar-benar menyerap tiap detailnya. Inilah yang bikin “I I” nggak cuma sekadar album, tapi sebuah karya seni yang membuka ruang bagi interpretasi personal—sesuatu yang, menurut gua, layak banget diapresiasi oleh para penggemar black metal yang nggak cuma cari musik yang keras, tapi juga ingin ngerasain perjalanan emosional yang mendalam.
7. Kenapa Lo Harus Dengerin Album “I I”?
Jujur, kalo lo punya jiwa yang berani dan pengen eksplorasi sisi gelap musik yang nggak mainstream, “I I” dari Blood Abscission wajib banget masuk playlist lo. Kenapa? Nih, beberapa alasan kenapa album ini patut lo dengerin:
-
Misterius dan Tanpa Identitas
Gaya band yang nggak pernah ngasih tahu siapa mereka secara personal bikin lo fokus sama karya seni murni mereka. Ini memberi pengalaman mendengarkan yang unik dan nggak bias, karena lo cuma akan meresapi tiap emosi tanpa distraksi dari personalitas yang udah dikenal. -
Mix Emosi yang Intens
Dari ledakan kemarahan yang brutal sampai momen keheningan yang bikin lo merenung, tiap bagian album ini dirancang untuk menghipnotis pendengar. Gak cuma itu, lo bakal ngerasa seolah-olah setiap riff dan blast beat itu berbicara langsung ke dalam jiwa lo. -
Karya Eksperimental yang Maju
Teknik penggunaan synth, blast beats, dan tremolo yang dipadukan dengan vokal yang raw bikin album ini nggak cuma tentang dengerin musiknya, tapi juga ngerasain perjalanan mencekam yang nyebar dalam tiap hela napas. Pengalaman yang tak hanya soal kegelapan, tapi juga tentang perasaan yang mendalam. -
Filosofi Mendalam dan Kritik Sosial
Di balik kegelapan dan agresi, tersimpan pesan-pesan yang ngajak lo mikir tentang penderitaan kolektif dan kekacauan dunia. Gaya lirik yang abstrak bikin lo harus menggali maknanya sendiri, sehingga tiap kali dengerin ulang, lo bisa menemukan lapisan baru yang bikin lo makin terpukau.
8. Karya yang Mengubah Perspektif Musik Black Metal
Secara keseluruhan, Blood Abscission dengan album “I I” udah berhasil menciptakan sesuatu yang luar biasa dalam lanskap black metal modern. Karya mereka bukan hanya soal kekerasan sonik yang konvensional, melainkan sebuah manifesto kolektif yang mengajak kita untuk melihat ke dalam kegelapan, menemukan keindahan dalam penderitaan, dan menerima bahwa kadang, dalam kekosongan itu, terletak kekuatan yang tak terucapkan.
Gua yakin, setelah lo menyimak tiap detik dari album ini, lo bakal punya pengalaman mendalam yang nggak cuma bikin lo headbang, tapi juga memaknai pesan-pesan eksistensial yang tersembunyi di balik setiap nada. Meski ada kekurangan kecil dalam durasi dan transisi, dampak emosional yang disajikan tetap bikin album ini jadi salah satu karya standout di awal 2025.
Jadi, buat lo yang pengen ngerasain sensasi black metal yang nggak biasa dan penuh dengan perjalanan emosional, langsung deh cek album “I I” dari Blood Abscission. Nikmatin setiap jeritan, setiap dentuman drum, dan setiap alunan synth yang menghipnotis. Ini bukan cuma musik, bro—ini adalah pengalaman spiritual yang harus lo jalani. Jangan lupa share artikel ini ke temen-temen lo yang juga doyan metal dan butuh update terbaru tentang dunia musik underground.
Komentar
Posting Komentar