![]() |
Sumber: Arch Enemy (@giannies123) via Wallpaper Cave |
Bro, lo penggemar Arch Enemy? Band melodic death metal asal Swedia ini baru aja rilis album ke-12, Blood Dynasty. Tapi respons fans ternyata split banget—ada yang bilang ini karya terbaik mereka, ada yang bilang cuma 'sekadar ada'. Daripada penasaran, yuk kupas tuntas kelebihan, kekurangan, dan drama di balik album ini. Siap-siap, ini bukan review biasa!
1. Arch Enemy: Raja Melodic Death Metal yang (Masih) Berjaya?
Arch Enemy udah 30 tahun berkarya, dan mereka termasuk salah satu band yang personelnya silih berganti kayak sinetron. Dari vokalis legenda Angela Gossow sampai gitaris Jeff Loomis, band ini punya sejarah panjang. Tapi di album Blood Dynasty, formasi terkini mereka adalah:
- Alissa White-Gluz (vokal, ex-The Agonist)
- Michael Amott (gitaris pendiri, ex-Carcass)
- Joey Concepcion (gitaris baru, ex-Armageddon)
- Sharlee D’Angelo (bassis)
- Daniel Erlandsson (drummer)
Fakta Seru:
- Michael Amott (gitaris) dijuluki "Godfather of Melodic Death Metal" karena kontribusinya di genre ini.
- Alissa White-Gluz direkrut langsung oleh Angela Gossow sendiri—dan sempat dibilang "niru-niru" gaya sang pendahulu.
2. Blood Dynasty: Ambisi Eksperimen atau Sekadar Ulang Biasa?
Album ke-12 ini disebut sebagai "paling eksperimental" oleh band, tapi banyak fans yang protes: "Lagu-lagunya datar, nggak ada yang memorable!" Simak pro-kontranya:
Kelebihan (Berdasar Review Positif):
- Eksperimen Vokal Alissa: Di lagu "Illuminate the Path", Alissa nyanyi bersih (clean vocals) untuk pertama kalinya di album Arch Enemy. Hasilnya? "Powerful banget, tapi masih tetap metal!"
- Kolaborasi Genre: Track seperti "Blood Dynasty" campur power metal dengan death metal, sementara "Vivre Libre" (cover lagu Prancis) pamer vokal bersih Alissa yang jarang kedengeran.
- Gitar Michael & Joey: Solo di "The Pendulum" dan "Dream Stealer" dijamin bikin merinding—khususnya buat fans teknik shredding ala Amott.
Kekurangan (Berdasar Review Negatif):
- Lagu Terlalu 'Aman': Banyak fans bilang "Blood Dynasty nggak ada yang ngejutin, kayak album sebelumnya tapi kurang greget."
- Songwriting Kurang Kuat: Track seperti "A Million Suns" atau "Liars & Thieves" dianggap "bisa ditebak dari intro sampe outro".
- Alissa Masih Kontroversial: Meski vokal oke, beberapa fans Gossow tetap bilang "Alissa kurang brutal, kurang 'neraka' kayak Angela."
3. Track-by-Track Review (Versi Santai):
1. "Dream Stealer"
- Plus: Intro brutal ala Carcass + solo gitar face-melting.
- Minus: Struktur lagu mirip single sebelumnya ("War Eternal").
2. "Illuminate the Path"
- Plus: Chorus bersih Alissa bikin merinding, cocok buat yang demen vokal melodic.
- Minus: Bagian verse-nya terasa "standar Arch Enemy".
3. "A Million Suns"
- Plus: Lirik tentang ancaman nuklir + riff teknis.
- Minus: Nggak ada bagian yang benar-benar nempel di kepala.
4. "Don’t Look Down"
- Plus: Chorus catchy, cocok buat moshpit.
- Minus: Terlalu mirip lagu Arch Enemy era 2010-an.
5. "Blood Dynasty" (Title Track)
- Plus: Perpaduan power metal + death metal, solo epik.
- Minus: Durasi kepanjangan, agak ngalor-ngidul.
6. "Vivre Libre"
- Plus: Cover lagu Prancis dengan vokal bersih Alissa—unik dan mengejutkan!
- Minus: Fans oldschool mungkin kecewa karena *"terlalu berbeda"*.
7. "Liars & Thieves"
- Plus: Closing track yang energik, riff berat.
- Minus: Kesannya "tempelan" dari lagu-lagu sebelumnya.
4. Kontroversi & Respons Fans
- Team Positif: "Album ini proof Arch Enemy masih bisa inovasi! Alissa makin matang, Joey Concepcion nge-gitarnya gila!"
- Team Negatif: "Blood Dynasty itu kayak mi instan—enak pas laper, tapi besoknya lupa rasanya."
- Team Netral: "Nggak jelek, tapi nggak istimewa. Arch Enemy tetap solid, tapi kurang kejutan."
Komentar Warganet:
- "Denger 'Vivre Libre', gw kira lagi denger Evanescence. Arch Enemy jadi alay?"
- "Michael Amott tetap raja riff! Tapi albumnya kurang nendang."
5. Bandingkan dengan Album Sebelumnya
- "War Eternal" (2014): Album pertama Alissa—lebih agresif, banyak lagu iconic ("No More Regrets").
- "Will to Power" (2017): Eksperimen dengan orkestra, tapi masih ada "The Eagle Flies Alone" yang epic.
- "Blood Dynasty" (2024): Lebih experimental, tapi kurang hook yang memorable.
Verdict: Blood Dynasty mungkin nggak akan jadi album legacy mereka, tapi tetap layak didenger buat fans berat.
6. Masa Depan Arch Enemy: Tur & Kemungkinan Album Baru
- Tur Dunia 2024: Arch Enemy bakal manggung di Eropa, AS, dan Asia (fans Indonesia masih nunggu konfirmasi!).
- Album ke-13: Michael Amott bilang "Kami masih punya banyak ide. Mungkin next album lebih gelap."
Harapan Fans:
- Kolaborasi dengan musisi luar (e.g., Floor Jansen, Will Ramos).
- Eksplorasi lebih jauh clean vokalnya Alissa.
7. Rekomendasi: Cocok Buat Siapa?
- New Fans: Cocok buat yang baru kenal melodic death metal—sound Arch Enemy mudah dicerna.
- Old Fans: Tetap dengerin, tapi jangan bandingin sama era Angela Gossow.
- Haters: Coba dengerin "Vivre Libre"—siapa tau lo berubah pikiran.
Gimana, nih? Menurut lo Blood Dynasty layak jadi album tahunan atau cuma sekadar filler? Komen di bawah! Jangan lupa share artikel ini ke temen lo yang demen Arch Enemy atau lagi nyari lagu metal baru. Siapa tau jadi bahan debat seru!
Komentar
Posting Komentar